Nama Balikpapan kurang jelas kapan berasal dan apa makna nama itu. Menilik
susunan katanya dapat dimasukkan ke dalam asal kata bahasa Melayu. Menurut buku
karya F. Valenijn pada tahun 1724, menyebut suatu daerah di hulu sebuah sungai
di sebuah Teluk sekitar tiga mil dari pantai, desa itu bernama BILIPAPAN.
Lepas
dari persoalan ucapan maupun pendengaran, jelas bahwa nama tersebut dikaitkan
dengan sebuah komunitas pedesaan di teluk yang sekarang dikenal dengan nama
Teluk Balikpapan.
Sejarah Kota Balikpapan tidak bisa dipisahkan dengan Minyak yaitu lebih tepatnya dengan sumur minyak Mathilda, sumur pengeboran perdana pada tanggal 10 Februari 1897 di kaki gunung Komendur di sisi timur Teluk Balikpapan. Penamaan sumur minyak Mathilda sendiri berasal dari nama anak JH Menten dari JH Menten dan Firma Samuel & Co sebagai pemenang hak konsesi pengeboran di yang ditunjuk pemerintah Hindia Belanda yang telah mengontrak Balikpapan dari Kesultanan Kutai.
Pemandangan Kota Baalikpapan |
Sejarah Kota Balikpapan tidak bisa dipisahkan dengan Minyak yaitu lebih tepatnya dengan sumur minyak Mathilda, sumur pengeboran perdana pada tanggal 10 Februari 1897 di kaki gunung Komendur di sisi timur Teluk Balikpapan. Penamaan sumur minyak Mathilda sendiri berasal dari nama anak JH Menten dari JH Menten dan Firma Samuel & Co sebagai pemenang hak konsesi pengeboran di yang ditunjuk pemerintah Hindia Belanda yang telah mengontrak Balikpapan dari Kesultanan Kutai.
Di awal tahun 1900-an bertambahnya jumlah penemuan dan pengeboran minyak di Balikpapan telah membawa pendatang dalam jumlah besar ke Balikpapan. Pendatang ini kebanyakan adalah orang Cina dan para pekerja pengeboran yang rata-rata berasal dari jawa dan berbagai daerah lainnya seperti India. Pekerja dari Cina dan India inilah yang menjadi cikal bakal penghuni desa di Tukung (Klandasan) dan Jumpi (Kampung Baru) yang merupakan asal usul sebagian besar warga Balikpapan. Selain itu keberadaan minyak, yaitu minyak tanah atau "lantung", juga mengundang semakin besarnya jumlah pedagang yang datang dari daerah Kerajaan Banjar di Banjarmasin dan Bone di Sulawesi Selatan untuk berdagang dan singgah di Balikpapan.
Seiring dengan berkembangnya waktu Balikpapan telah berkembang menjadi "Kota Minyak" dengan besarnya produksi minyak yang dihasilkan yang mencapai 86 juta barrel per tahun. Perkembangan industri minyak inilah yang telah membangun Balikpapan menjadi kota industri dan selanjutnya menjadikan Balikpapan sebagai Kota Jasa dengan bandar udara Internasional, pelabuhan dan jumlah hotel yang dapat mendukung keberadaan Balikpapan sebagai dua kota tersebut.
Saat ini Balikpapan tidak lagi menjadi Kota Minyak yang berorientasi pada pengeboran melainkan pada jasa pengolahan minyak yang telah mengolah minyak mentah dari sekitar Balikpapan, yaitu Sepinggan, Handil, Bekapai, Sanga-sanga, Tarakan, Bunyu dan Tanjung serta minyak mentah yang diimpor dari negara lain.
Besarnya jumlah pendatang di Kota Balikpapan telah membawa keberagaman etnis dengan berbagai adat istiadat dan agama. Namun demikian hal ini tidak menjadi kendala dalam akulturasi budaya dan terwujudnya keharmonisan di masyarakatnya secara turun menurun.
Keharmonisan masyarakat Balikpapan terekat dalam bahasa sehari-hari yang digunakan, yaitu Bahasa Indonesia. Keberagaman yang ada di dalam masyarakat Balikpapan bahkan mendukung adanya nilai-nilai kebersamaan yang mampu menjadikan Kota Balikpapan sebagai Kota Bersih, Indah, Aman dan Nyaman yang tercermin dengan telah seringnya Kota Balikpapan meraih Piala Adipura.
Budaya bersih dan wawasan lingkungan telah menjadi bagian dan ciri dari masyarakat Balikpapan yang terakomodir secara profesional dalam program Pemerintah Kota Balikpapan, yakni : CLEAN, GREEN and HEALTHY.
Terdapat beberapa versi terkait dengan asal-usul nama Balikpapan :
Seiring dengan berkembangnya waktu Balikpapan telah berkembang menjadi "Kota Minyak" dengan besarnya produksi minyak yang dihasilkan yang mencapai 86 juta barrel per tahun. Perkembangan industri minyak inilah yang telah membangun Balikpapan menjadi kota industri dan selanjutnya menjadikan Balikpapan sebagai Kota Jasa dengan bandar udara Internasional, pelabuhan dan jumlah hotel yang dapat mendukung keberadaan Balikpapan sebagai dua kota tersebut.
Saat ini Balikpapan tidak lagi menjadi Kota Minyak yang berorientasi pada pengeboran melainkan pada jasa pengolahan minyak yang telah mengolah minyak mentah dari sekitar Balikpapan, yaitu Sepinggan, Handil, Bekapai, Sanga-sanga, Tarakan, Bunyu dan Tanjung serta minyak mentah yang diimpor dari negara lain.
Besarnya jumlah pendatang di Kota Balikpapan telah membawa keberagaman etnis dengan berbagai adat istiadat dan agama. Namun demikian hal ini tidak menjadi kendala dalam akulturasi budaya dan terwujudnya keharmonisan di masyarakatnya secara turun menurun.
Keharmonisan masyarakat Balikpapan terekat dalam bahasa sehari-hari yang digunakan, yaitu Bahasa Indonesia. Keberagaman yang ada di dalam masyarakat Balikpapan bahkan mendukung adanya nilai-nilai kebersamaan yang mampu menjadikan Kota Balikpapan sebagai Kota Bersih, Indah, Aman dan Nyaman yang tercermin dengan telah seringnya Kota Balikpapan meraih Piala Adipura.
Budaya bersih dan wawasan lingkungan telah menjadi bagian dan ciri dari masyarakat Balikpapan yang terakomodir secara profesional dalam program Pemerintah Kota Balikpapan, yakni : CLEAN, GREEN and HEALTHY.
Terdapat beberapa versi terkait dengan asal-usul nama Balikpapan :
1. Versi Pertama ( Sumber : Buku 90 Tahun Kota Balikpapan yang mengutip buku
karya F. Valenijn tahun 1724 )
Menurut legenda asal nama Balikpapan adalah akrena sebuah kejadian yang
terjadi pada tahun 1739, sewaktu dibawah Pemerintahan Sultan Muhammad Idris
dari Kerajaan Kutai, yang memerintahkan kepada pemukim-pemukim di sepanjang
Teluk Balikpapan untuk menyumbang bahan bangunan guna pembangunan istana baru
di Kutai lama. Sumbangan tersebut ditentukan berupa penyerahan sebanyak 1000
lembar papan yang diikat menjadi sebuah rakit yang dibawa ke Kutai Lama melalui
sepanjang pantai. Setibanya di Kutai lama, ternyata ada 10 keping papan yang
kurang (terlepas selama dalam perjalanan) dan hasil dari pencarian menemukan
bahwa 10 keping papan tersebut terhanyut dan timbul disuatu tempat yang
sekarang bernama “Jenebora”. Dari peristiwa inilah nama Balikpapan itu
diberikan (dalam istilah bahasa Kutai “Baliklah – papan itu” atau papan yang
kembali yang tidak mau ikut disumbangkan).
2. Versi Kedua ( Sumber : Legenda rakyat yang dimuat dalam buku 90 Tahun
Kota Balikpapan )
Menurut legenda dari orang-orang suku Pasir Balik atau lazim disebut Suku
Pasir Kuleng, maka secara turun menurun telah dihikayatkan tentang asal mula
nama “Negeri Balikpapan”. Orang-orang suku Pasir Balik yang bermukim di
sepanjang pantai teluk Balikpapan adalah berasal dari keturunan kakek dan nenek
yang bernama ” KAYUN KULENG dan PAPAN AYUN “. Oleh keturunannya kampung nelayan
yang terletak di Teluk Balikpapan itu diberi nama “KULENG – PAPAN” atau artinya
“BALIK – PAPAN” (Dalam bahasa Pasir, Kuleng artinya Balik dan Papan artinya
Papan) dan diperkirakan nama negeri Balikpapan itu adalah sekitar tahun 1527.
Hari Jadi Kota Balikpapan
Hari jadi Kota Balikpapan ditentukan pada tanggal 10 Februari 1897. Penetapan
tanggal ini merupakan seminar sejarah Kota Balikpapan tanggal 1 Desember 1984.
Tanggal 10 Februari 1897 ini adalah tanggal Pengeboran pertama minyak di
Balikpapan yang dilakukan Perusahaan Mathilda sebagai dari pasal-pasal
kerjasama antara J.H Menten dengan Mr. Adam dari Firma Samuel dan CO.
Nilai Budaya Kota Balikpapan
Kota Balikpapan berawal sejak ditenukannya sumur minyak oleh Matilda pada
tanggal 10 Februari 1897. Sejak saat itulah Kota Balikpapan diminati oleh
masyarakat luar karena terkenal sebagai kota minyak. Berbagai suku di Indonesia
khususnya Kalimantan sendiri, Sulwesi dan Jawa datang untuk mencari nafkah di
Balikpapan.
![]() |
Tugu Kilang Minyak |
Perkembangan Kota Balikpapan semakin pesat, masyarakat Kota Balikpapan
secara langsung terjadi akulturasi berbagai budaya, berbagai suku di Indonesia,
ini bisa tercermin dari bahasa pengantar yang digunakan warga Balikpapan adalah
yaitu bahasa Indonesia baik sekolah, rumah, tempat kerja dan lain-lain.
Pada kurun waktu yang bersamaan keagamaan atnis yang datang diikuti pula
dengan berbagai adat istiadat dan agama. Adat istiadat dari berbagai ertnis
sangat terbina dengan baik, demikian pula penganut agama yang dipeluknya. Hal
ini didukung oleh adanya faktor akulturasi budaya, sehingga hubungan masyarakat
terjalin harmonis secara turun temurun. Yang menjadi khas Kota Balikpapan
adalah tidak terdapat dominasi salah satu suku, baik dari suku asli Kalimantan
maupun suku pendatang, sehingga perekat bahasa yang dipakai adalah bahasa
Indonesia.
Sebagai wujud implementasi dalam rangka memelihara, menjaga dan meningkatkan
integritas, kondusif Kota Balikpapan, sesuai motto Balikpapan Kubangun, Kujaga
dan Kubela.
![]() |
Kantor Walikota Balikpapan |
Balikpapan sebagai kota yang strategis dan kondusif, sangat didukung oleh
masyaraat, terutama dalam keramahan dan kebersamaaan warga kota dalam keragaman
suku / etnis, budaya, nilai kekerabatan antar suku sangat kental, sebagai modal
utama mengantarkan Balikpapan sebagai masyarakat yang madani, yang memiliki
masyarakat majemuk yang hidup rukun, harmonis, berperadaban modern, maju serta
mamiliki nilai-nilai moralitas spiritual, agama dan kepercayaan masing-masing.
Nilai guyub / kebersamaan yang tinggi mampu mengikat rasa persaudaraan antar
suku, menjadikan pondasi terbangunnya kondisi terus terjaga, menjadikan Kota
Balikpapan sebagai Kota Bersih, Indah, Aman dan Nyaman.
Budaya bersih dan wawasan lingkungan, juga merupakan bagian yang tidak
terpisahkan pada umumnya telah menjadi ciri masyarakat Balikpapan, terakomodir
secara profesional dalam program Pemerintah Kota Balikpapan, yakni : CLEAN,
GREEN and HEALTHY (Bersih, Hijau dan Sehat)
No
Detail Arti / Keterangan
1
Bentuk Lambang
Perisai
2
Perbandingan Ukuran
3 : 4
3
Perisai
Pelindung dalam perjuangan mencapai cita-cita revolusi Indonesia
4
Warna Hijau Daun
Kemakmuran
5
Warna Putih
Kesucian
6
Warna Merah
Keberanian
7
Warna Kuning Emas
Keluhuran
8
Warna Biru Muda
Ketentraman
9
Manuntung
Tabah Sampai Akhir
10
Bintang Segi Lima
Pancasila
11
Tangga, Padi, Kapas, Roda dan Kilang
Sumber Inspirasi dan Aspirasi Untuk Membangun
12
Dua Buah Layar
Pintu Gerbang Kalimantan Timur
13
Perahu dengan Dua Buah Lengkungan Layar Bagian Bawah
Latar Belakang Geografis
14
Telabang
Pertahanan dan Kebudayaan
15
Kilang dan Teluk di bawah Lekukan Layar
Mengesankan Ciri Khas Kota Balikpapan
16
Bunga Dan Daun Kapas
Berjumlah 21
Tanggal 21-01-1960 merupakan tanggal permulaan berdirinya Pemerintahan
Kotamadya Balikpapan.
17
Telabang
Berjumlah 1
18
Butir Padi
Berjumlah 60
* Lampiran Peraturan Daerah Kotamadya Balikpapan No.01 /P.D./19 – 70 Tanggal 19
Januari 1970 tentang Lambang Daerah Kotamadya Balikpapan
Visi Kota Balikpapan
Terwujudnya Balikpapan sebagai kota industri, perdagangan, jasa dan
pariwisata yang didukung oleh penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (Good
Governance) dan masyarakat yang beriman, sejahtera, religius dan berperadapan
maju (Madinatul Iman)
Misi Kota Balikpapan
# Mewujudkan sumber daya manusia yang beriman, sehat jasmani dan memiliki daya
saing dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
# Meujudkan tersedianya infrastruktur kota yang mampu untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dan fungsi kota di masa depan.
# Mewujudkan kondisi kota yang layak huni dan berwawasan lingkungan.
# Mewujudkan perekonomian kota yang berorientasi kepada pengembangan potensi
ekonomi kerakyatan dan pengembangan basis ekonomi kota di masa depan.
# Mewujudkan penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (Good Governance)
# Mewujudkan penegakan hukum yang menjamin keadilan dan kepastian hukum bagi
masyarakat.
Nama-nama Walikota Balikpapan
1. H.A.R.S.MUHAMMAD ( 1960 – 1963 )
2. MAYOR TNI. AD BAMBANG SOETIKNO ( 1963 – 1965 )
3. MAYOR TNI.AD IMAT SAILI ( 1965 – 1967 )
4. MAYOR POL.ZAINAL ARIFIN ( 1967 – 1973 )
5. LETKOL.POL.H.M.ASNAWI ARBAIN ( 1974 – 1981 )
6. KOL.CZI.TNI.AD.SYARIFUDIN YOES ( 1981 – 1989 )
7. H. HERMAIN OKOL (Sebagai Plt.Walikota) ( 1989 – 1991 )
8. KOL.INF.H.TJUTJUP SUPARNA ( 1991 – Juni 2001)
9. H. IMDAAD HAMID ( Juni 2001 –2011 )
10. H. M. RIZAL EFFENDI (2011 - s.d. sekarang )
Hari jadi Kota Balikpapan ditentukan pada tanggal
10 Februari 1897. Penetapan tanggal ini merupakan tanggal peristiwa pengeboran
pertama sumur minyak di Balikpapan dan merupakan hasil seminar sejarah Kota
Balikpapan tanggal 1 Desember 1984.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar